Para ulama berbeda pendapat mengenai maksud “Allah S.W.T. turun ke
langit dunia”. Arti “turunnya Allah” ini dikelompokkan ke dalam ayat mutasyabihat.
Dalam hal ini ulama terbagi menjadi dua. (Pertama) golongan Mufawwidlin,
yaitu orang-orang yang beriman kepada bunyi kalimat tersebut dan
menyerahkan takwilnya kepada Allah S.W.T. seraya mensucikannya dari
segala sifat kekurangan.
(Kedua) golongan al-mu’awwilin, yaitu
orang-orang yang menakwilkan maknanya sesuai dengan situasi dan
kondisinya. Seperti makna “Allah turun” itu mereka takwilkan bahwa yang
turun itu adalah perintah-Nya dan malaikatnya, dan bahwa itu adalah
sebagai kiasan yang maksudnya Allah bersikap lembut kepada orang-orang
yang berdoa dan memperkenankan doa mereka.
Perlu diingat, dalam asmaul husna disebutkan bermacam-macam sifat
yang dimiliki oleh Allah S.W.T., yang mana Allah itu bersifat dengan
segala sifat yang Maha Sempurna, berdimensi tak terhingga, dan tidak ada
yang menyamai-Nya. Allah Maha Esa dalam Zat-Nya, Wujud-Nya,
Sifat-Sifat-Nya, dan Perbuatan-Nya serta Maksud dan Kehendak-Nya. Jadi,
sekalipun ada di antara sifat-sifat Allah itu yang seolah-olah mirip
dengan sifat manusia seperti melihat, mendengar, berkata, dan
sebagainya, namun semuanya itu tidaklah sama dan tidak pula serupa.
ليس كمثله شيء هو الأحد لا شريك له
http://nubojonegoro.wordpress.com/
Komentar
Posting Komentar